http://sumarsonoblog.wordpress.com/2013/05/01/tugas-administrasi-pembangunan/
ADMINISTRASI PEMBANGUNAN
Apa hubungan
administrasi pembangunan dengan administrasi negara ?
definisi
Administrasi pembangunan menurut beberapa ahli :
- Sondang
P. Siagian memberikan definisi Administrasi pembangunan sebagai seluruh
usaha yang dilakukan oleh suatu masyarakat untuk memperbaiki tata
kehidupan bangsa tersebut dalam rangka usaha pencapaian tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya (1982:4)
- Bintoro
Tjokrohamidjojo : Administrasi Pembangunan mempunyai dua fungsi yaitu :
pertama, penyusunan kebijakan penyempurnaan Administrasi negara (the
development of administration), meliputi bidang organisasi,
kelembagaan, kepegawaian, ketata laksanaan, dan sarana-sarana
administrasi, dan kedua, penyempurnaan administrasi untuk mendukung (a)
perumusan kebijakan dan program-program pembangunan, serta (b)
pelaksanaannya secara efektif. Aspek kedua ini dinamakan the
administration of development proses atau administrasi proses
pembangunan ( 1976:14).
- Mustopadidjaja
merumuskan administrasi pembangunan adalah “ilmu dan seni” tentang
bagaimana pembangunan suatu system administrasi Negara dilakukan sehingga
system administrasi tersebut mampu menyelenggarakan berbagai fungsi umum
pemerintahan dan pembangunan secara efisien dan efektif.
Defenisi
Administrasi Negara ;
- Menurut
M/E Dimock Dan G.O Dimock mengatakan bahwa :
Administrasi
Negara merupakan suatu bagian dari administrasi umum yang mempunyai lapangan
yang lebih luas, yaitu suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana
lembaga – lembaga mulai dari suatu keluarga hingga perserikatan bangsa – bangsa
disusun, digerakkan dan dikemudikan.
- Bachsan
Mustafa, SH; administrasi Negara adalah sebagai gabungan jabatan – jabatan
yang dibentuk dan disusun secara bertingkat yang diserahi kepada badan –
badan pembuat undang – undang dan badan – badan kehakuman.
- Wilson 1987,
administrasi sebagai ilmu. Pemikiran tentang supremasi kepemimpinan
pejabat politik atas birokrasi itu timbul dari perbedaan fungsi antara
politik dan administrasi, dan adanya asumsi tentang superioritas fungsi –
fungsi politik administrasi. Slogan klasik pernah juga ditawarkan manakala
fungsi politik berakhir maka fungsi administrasi itu mulai, when politic
end, administration begin – Wilson 1941.
- John M.
Pfiffer dan Robert V, Administrasi Negara adalah suatu proses yang
bersangkutan dengan pelaksanaan kebijaksanaan – kebijaksanaan pemerintah,
pengarahan kecakapan dan teknik – teknik yang tidak terhingga jumlahnya,
memberikan arah dan maksud terhadap usaha sejumlah orang.
- Menurut
Prof. Dr. Prajudi Atmosudirdjo mengatakan bahwa :
Administrasi
Negara adalah fungsi bantuan penyelenggaraan dari pemerintah artinya pemerintah
(pejabat) tidak dapat menunaikan tugas – tugas kewajibannya tanpa Administrasi
Neara.
- Menurut
Utrecht dalam bukunya “Pengantar Hukum Administrasi Negara” mengatakan
bahwa :
Administrasi
Negara adalah gabungan jabatan (compleks van kambten) “Apparaat” (alat)
Administrasi yang dibawah pimpinan Pemerintah (Presiden yang dibantu oleh
Menteri) melakukan sebagian dari pekerjaan Pemerintah (tugas pemerintah,
overheidstak) fungsi administrasi yang tidak ditugaskan kepada badan – badan
pengadilan, badan legeslatif (pusat) dan badan pemerintah (overheidsorganen) dari
persekutuan – persekutuan hukum (rechtsgemeenschappen) yang lebih rendah dari
Negara (sebagai persekutuan hukum tertinggi) yaitu badan – badan pemerintah
(bestuurorganeen) dari persekutuan hukum Daerah Swantatra I dan II dan Daerah
istimewa, yang masing – masing diberi kekuasaan untuk berdasarkan suatu
delegasi dari Pemerintah Pusat (Medebewind) memerintah sendiri daerahnya.
- Menurut
Dwight Waldo menyatakan bahwa administrasi Negara mengandung dua
pengertian yaitu :
a.
Administrasi Negara yaitu organisasi dan manajemen dari manusia dan benda guna
mencapai tujuan – tujuan pemerintah.
b.
Administrasi Negara yaitu suatu seni dari ilmu tentang manajemen yang
dipergunakan untuk mengatur urusan – urusan Negara.
Kalau
definisi – definisi diatas dikaji secara seksama, dapat dikemukakan beberapa
pokok pikiran bahwa :
a.
Administrasi Negara adalah merupakan proses kegiatan yang bersifat
penyelenggaraan.
b.
Administrasi Negara disusun untuk mengatur kerja sama antar bangsa.
c.
Administrasi Negara diselenggarakan oleh aparatur pemerintah dari suatu Negara.
d.
Administrasi Negara diselenggarakan untuk kepentingan umum.
Hubungan administrasi pembangunan dengan administrasi negara ;
Administrasi
pembangunan merupakan embrio dari administrasi negara, karena administrasi pembangunan
berasal dari ilmu administrasi negara yang diperkembangkan. Awal perkembangan
administrasi negara itu sendiri dimulai pada akhir abad ke 19 yang dipelopori
oleh para penulis-penulis dan praktisi-praktisi administrasi pemerintahan di
Amerika Serikat, seperti Woodrow Wilson, Frank J. Goodnow, Leonard D. White.
Jadi
Administrasi Pembangunan pada hakekatnya adalah Administrasi Negara yang
diselenggarakan dalam rangka pembangunan di berbagai bidang kehidupan bangsa
dari Negara yang bersangkutan.
Perbedaan
antar keduanya terletak pada penekanan fungsinya. Administrasi Pemerintahan
(negara) bertujuan pokok untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan
melakukan kegiatan operasional, pemeliharaan dan pemerintahan umum. Sedangkan
Administrasi Pembangunan bertujuan peningkatan kemampuan pemerintah dalam
melayani masyarakat dengan melakukan investasi.
Permasalahan
Pembangunan di Indonesia;
Identifikasi
masalah – masalah pembangunan dimaksudkan untuk mempercepat upaya pembangunan
di negara-negara berkembang. Masalah-masalah yang teridentifikasi adalah
faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi, ketimpangan distribusi pendapatan,
kemiskinan, pengangguran, keterbelakangan dan beban ketergantungan.
1. KEMISKINAN
Untuk
memahami lebih jauh persoalan kemiskinan ada baiknya memunculkan beberapa
kosakata standar dalam kajian kemiskinan (Friedmann, 1992: 89) sebagai berikut
:
a. Powerty line (garis kemiskinan). Yaitu tingkat konsumsi rumah tangga minimum
yang dapat diterima secara sosial.
b. Absolute and relative poverty (kemiskinan absolut dan relatif). Yaitu
kemiskinan yang jatuh dibawah standar konsumsi minimum dan karenanya tergantung
pada kebaikan. Sedangkan relatif adalah kemiskinan yang eksis di atas garis
kemiskinan absolut yang sering dianggap sebagai kesenjangan antara kelompok
miskin dan kelompok non miskin berdasarkan income relatif.
c. Deserving poor adalah kaum miskin yang mau peduli dengan harapan orang-orang
non-miskin, bersih, bertanggungjawab, mau menerima pekerjaan apa saja demi
memperoleh upah yang ditawarkan.
d. Target population, populasi sasaran adalah kelompok orang tertentu yang
dijadikan sebagai objek dan kebijakan serta program pemerintah. Mereka dapat
berupa rumah tangga yang dikepalai perempuan, anak-anak, buruh tani yang tak
punya lahan, petani tradisional kecil, korban perang dan wabah, serta penghuni
kampung kumuh perkotaan.
Faktor
Penyebab Kemiskinan
Secara sosio ekonomis, terdapat dua bentuk kemiskinan, yaitu :
1. Kemiskinan absolut adalah suatu kemiskinan di mana orang-orang miskin
memiliki tingkat pendapatan dibawah garis kemiskinan, atau jumlah pendapatannya
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, kebutuhan hidup minimum
antara lain diukur dengan kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan
pendidikan, kalori, GNP per kapita, pengeluaran konsumsi dan lain-lain.
2. Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang dilihat berdasarkan perbandingan
antara suatu tingkat pendapatan dengan tingkat pendapatan lainnya. Contohnya,
seseorang yang tergolong kaya (mampu) pada masyarakat desa tertentu bisa jadi
yang termiskin pada masyarakat desa yang lain.
Di samping itu terdapat juga bentuk-bentuk kemiskinan yang sekaligus menjadi
faktor penyebab kemiskinan (asal mula kemiskinan). Ia terdiri dari:
3. Kemiskinan natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya memang miskin.
Kelompok masyarakat tersebut menjadi miskin karena tidak memiliki sumberdaya
yang memadai baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia maupun sumberdaya
pembangunan, atau kalaupun mereka ikut serta dalam pembangunan, mereka hanya
mendapat imbalan pendapatan yang rendah. Menurut Baswir (1997: 21) kemiskinan
natural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti
karena cacat, sakit, usia lanjut atau karena bencana alam.
4. Kemiskinan kuktural mengacu pada sikap hidup seseorang atau kelompok
masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya di mana
mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan. Kelompok
masyarakat seperti ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi dalam
pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dan merubah tingkat
kehidupannya. Akibatnya tingkat pendapatan mereka rendah menurut ukuran yang
dipakai secara umum.
5. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor
buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi aset
produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu. Selanjutnya Sumodiningrat
(1998: 27) mengatakan bahwa munculnya kemiskinan struktural disebabkan karena
berupaya menanggulangi kemiskinan natural, yaitu dengan direncanakan
bermacam-macam program dan kebijakan.
2. PENGANGGURAN
Ketenagakerjaan di Indonesia merupakan masalah klasik. Di satu sisi kelebihan
angkatan kerja dan di sisi lain kesulitan mencari tenaga kerja yang trampil dan
produktif. Pengangguran menjadi beban tenaga kerja produktif. Bila tingkat
ketergantungan semakin besar akan berdampak persoalan sosial, politik, dan
meningkatnya kriminalitas. Tingkat produksi menurun, pertumbuhan ekonomi
melambat dan tingkat kesejahteraan masyarakat turun.
A. Jenis-jenis Pengangguran
Jenis Pengangguran Berdasarkan kepada sumber / penyebab yang mewujudkan
pengangguran tersebut, yaitu terdiri dari:
a. Pengangguran normal atau friksional
b. Pengangguran siklikal
c. Pengangguran struktural
d. Pengangguran teknologi
Berdasarkan kepada ciri pengangguran yang wujud, yaitu terdiri dari:
1. Pengangguran terbuka
2. Pengangguran tersembunyi
3. Pengangguran musiman
4. Setengah menganggur
B. Dampak Pengangguran.
1. Bagi perekonomian
a. Masyarakat tidak dapat memaksimumkan tingkat kesejahteraan yang mungkin
dicapainya.
b. Pendapatan pajak pemerintah berkurang.
c. Menghambat pertumbuhan ekonomi.
2. Terhadap Individu dan Masyarakat
a. Kehilangan mata pencaharian dan pendapatan
b. Kehilangan atau berkurangnya keterampilan
c. Menimbulkan ketidak-stabilan sosial dan politik
3. INFLASI
Inflasi (inflation) adalah suatu gejala dimana tingkat harga mengalami kenaikan
terus menerus. Berdasarkan definisi tersebut, kenaikan harga umum yang terjadi
sekali waktu saja, tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi.
A. Sebab-sebab timbulnya inflasi:
1. Pandangan Keynes
a. Jumlah uang beredar (Ms) hanyalah salah satu faktor penentu tingkat harga.
b. Dalam jangka pendek Agregate Demand (C, I, G) dan pajak (T) juga
mempengaruhi inflasi.
2. Pandangan Aliran Ekspektasi Rasional dan Ekonomi sisi Penawaran
a. Ratex percaya bahwa inflasi merupakan fenomena moneter dan Jumlah Uang
Beredar merupakan kunci untuk mencapai stabilitas harga.
b. Ekonomi sisi penawaran; inflasi sebagai fenomena moneter, pembatasan moneter
untuk mengurangi inflasi, juga penurunan tarif pajak sebagai salah satu upaya
untuk meningkatkan laju pertumbuhan penawaran agregat sehingga tingkat inflasi
dapat dikurangi.
3. Pandangan Kaum Strukturalis
a. Disebabkan adanya kendala atau kekakuan struktural :
b. Kendala penawaran bahan pangan yang bersifat inelastis.
c. Kendala devisa.
d. Kendala fiskal.
e. Inflasi merupakan suatu yang inherent di dalam proses pembangunan ekonomi
itu sendiri.
B. Jenis Inflasi
1. Inflasi tarikan permintaan (demand-pullinflation)/inflasi sisi permintaan
(demand-side inflation)/inflasi karena guncangan permintaan
(demand-shockinflation). Yaitu inflasi yang disebabkan sebagai akibat dari
adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yang terlalu besar atau pesat
dibandingkan dengan penawaran atau produksi agregat.
2. Inflasi
dorongan biaya (Cost-pushinflation)/inflasi sisi penawaran (supplyside
inflation)/inflasi karena guncangan penawaran (supply-shock inflation). Yaitu
a. Inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan biaya produksi yang
pesat dibandingankan dengan produktivitas dan efisiensi, yang menyebabkan
perusahaan mengurangi supply barang dan jasa mereka ke pasar.
b. Inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya restriksi terhadap penawaran
dari satu atau lebih sumberdaya.
c. Inflasi yang terjadi apabila harga dari satu atu lebih sumberdaya mengalami
kenaikan atau dinaikkan.
3. Inflasi
struktural (structural inflation). Yaitu inflasi yang terjadi sebagai akibat
dari adanya berbagai kendala atau kekauan strural yang menyebabkan penawaran
didalam perekonomian menjadi kurang atau tidak responsif terhadap permintaan
yang meningkat
Jenis-jenis Inflasi dilihat dari tingkat keparahannya yaitu
1. Inflasi sedang (moderate inflation) yaitu inflasi yang ditandai dengan
harga-harga yang meningkat lambat, dan tidak terlalu menimbulkan distorsi pada
pendapatan dan harga relatif;
2. Inflasi ganas (galloping inflation) yaitu inflasi yang mencapai antara dua
atau tiga digit.
3. Hiperinflasi (hyperinflation) adalah tingkat inflasi yang sangat parah, bisa
mencapai ribuan bahkan milyar persen per tahun, merupakan jenis inflasi yang
mematikan.
C. Dampak Inflasi
Efek redistribusi dari inflasi adalah:
a. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang yang berpendapatan tetap,
b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang,
c. Memperburuk pembagian kekayaan,
d. Penurunan dalam efisiensi ekonomi,
e. Perubahan-perubahan di dalam output dan kesempatan kerja,
f. Menciptakan lingkungan yang tidak stabil,
g. Inflasi cenderung memperendah tingkat bunga riil, menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan di pasar modal,
h. Hal ini akan menyebabkan penawaran dana untuk investasi menurun, dan sebagai
akibatnya, investasi sektor swasta teretekan sampai ke bawah tingkat
keseimbangannya, yang disebabkan oleh terbatasnya penawaran dana yang dapat
dipinjamkan
i. Selama inflasi menuntun ke arah tingkat bunga riil yang rendah dan ketidakseimbangan
pasar modal, maka inflasi tersebut akan menurunkan investasi dan pertumbuhan.
Pengalaman menunjukkan inflasi yang tidak stabil mengakibatkan masyarakat
kesulitan dlm berkonsumsi, berinvestasi, dan berproduksi. Akibat selanjutnya
‘menurunkan pertumbuhan ekonomi’. Jika tingkat inflasi dalam negeri lebih
tinggi dari negara lain, dampaknya:
Tingkat suku bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif dan memberikan
tekanan pada nilai mata uang dalam negeri
4. NERACA PEMBAYARAN INTERNASIONAL (NPI)
Yang menjadi sorotan dalam NPI adalah ‘Neraca Transaksi Berjalan’ (current
account), yaitu merupakan gabungan antara Neraca Perdagangan (ekspor – impor)
dan Neraca Jasa yang mencakup jasa faktor produksi dan jasa non faktor
produksi.
Neraca Pembayaran dapat DEFISIT jika IMPOR > EKSPOR
Neraca Pembayaran dapat SURPLUS jika EKSPOR > IMPOR
5. KURS ( Nilai Tukar Mata Uang ). Seperti halnya inflasi, kestabilan
kurs sangat penting Jika kurs tidak stabil akan mengganggu roda perekonomian
negara, hal ini dikarenakan pelaku ekonomi kesulitan dalam mengambil keputusan
ekonominya.
6. PERTUMBUHAN EKONOMI
Dapat diartikan suatu keadaan perekonomian yang menunjukkan adanya kenaikan
(pertumbuhan) PDB (Produk Domestik Bruto). Pemerintah berusaha menciptakan
iklim perekonomian yang prospektif untuk memacu pertumbuhan perekonomian,
tetapi banyak masalah yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi tidak optimal,
diantaranya kombinasi produksi yang terbatas. Misalnya ingin menciptakan
swa-sembada beras tetapi tidak didukung dengan produksi komoditas pengganti
beras, akibatnya selalu kekurangan produksi.
Teori pembangunan ekonomi dari Rostow
ini sangat populer dan paling banyak mendapatkan komentar dari para ahli. Teori
ini pada mulanya merupakan artikel Rostow yang dimuat dalam Economics
Journal (Maret 1956) dan kemudian dikembangkannya lebih lanjut dalam
bukunya yang berjudul The Stages of Economic Growth (1960). Menurut
pengklasifikasian Todaro, teori Rostow ini dikelompokkan ke dalam model jenjang
linear (linear stages mode/).
Rostow
pulalah yang membuat distingsi antara sektor tradisional dan sektor kapitalis
modern. Frasa-frasa ini terkenal dengan terminologi ‘less developed’, untuk
menyebut kondisi suatu negara yang masih mengandalkan sektor tradisional, dan
terminologi ’more developed’ untuk menyebut kondisi suatu negara yang sudah
mencapai tahap industrialisasi dengan mengandalkan sektor kapitalis modern.
Dalam hal
prekondisi untuk meningkatkan ekonomi suatu negara, penekanannya terdapat pada
keseluruhan proses di mana masyarakat berkembang dari suatu tahap ke tahap yang
lain. Tahap-tahap yang berbeda ini ditujukan untuk mengidentifikasi
variabel-variabel kritis atau strategis yang dianggap mengangkat
kondisi-kondisi yang cukup dan perlu untuk perubahan dan transisi menuju
tahapan baru yang berkualitas. Teori ini secara mendasar bersifat unilinear dan
universal, serta dianggap bersifat permanen.
Pembangunan,
dalam arti proses, diartikan sebagai modernisasi yakni pergerakan dari
masyarakat pertanian berbudaya tradisional ke arah ekonomi yang berfokus pada
rasional, industri, dan jasa. Untuk menekankan sifat alami ‘pembangunan’
sebagai sebuah proses, Rostow menggunakan analogi dari sebuah pesawat terbang
yang bergerak sepanjang lintasan terbang hingga pesawat itu dapat lepas landas
dan kemudian melayang di angkasa.
Pembangunan,
dalam arti tujuan, dianggap sebagai kondisi suatu negara yang ditandai dengan
adanya: a) kemampuan konsumsi yang besar pada sebagian besar masyarakat, b)
sebagian besar non-pertanian, dan c) sangat berbasis perkotaan.
Sebagai
bagian teori modernisasi, teori ini mengkonsepsikan pembangunan sebagai
modernisasi yang dicapai dengan mengikuti model kesuksesan Barat. Para pakar
ekonomi menganggap bahwa teori pertumbuhan ekonomi ini
merupakan contoh terbaik dari apa yang diistilahkan sebagai ‘teori
modernisasi’.
Menurut
Rostow, proses pertumbuhan ekonomi bisa dibedakan ke dalam 5 tahap :
- Masyarakat
tradisional (the traditional society),
- Prasyarat
untuk tinggal landas (the preconditions for take-off),
- Tinggal
landas (the take-off),
- Menuju
kekedewasaan (the drive to maturity), dan
- Masa
konsumsi tinggi (the age of high mass-consumption)
Dasar
pembedaan tahap pembangunan ekonomi menjadi 5 tahap tersebut adalah:
Karakteristik perubahan keadaan ekonomi, sosial, dan politik yang terjadi.
Menurut
Rostow, pembangunan ekonomi atau proses transformasi suatu masyarakat
tradisional menjadi masyarakat moderen merupakan suatu proses yang
multidimensional. Pembangunan ekonomi bukan hanya berarti perubahan struktur
ekonomi suatu negara yang ditunjukkan oleh menurunnya peranan sektor pertanian
dan peningkatan peranan sektor industri saja.
Menurut
Rostow, disamping perubahan seperti itu, pembangunan ekonomi berarti pula
sebagai suatu proses yang menyebabkan antara lain:
- perubahan
orientasi organisasi ekonomi, politik, dan sosial yang pada mulanya
berorientasi kepada suatu daerah menjadi berorientasi ke luar.
- perubahan
pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga, yaitu dari
menginginkan banyak anak menjadi keluarga kecil.
- perubahan
dalam kegiatan investasi masyarakat, dari melakukan investasi yang tidak
produktif (menumpuk emas, membeli rumah, dan sebagainya) menjadi investasi
yang produktif.
- perubahan
sikap hidup dan adat istiadat yang terjadi kurang merangsang pembangunan
ekonomi (misalnya penghargaan terhadap waktu, penghargaan terhadap pertasi
perorangan dan sebagainya).
1)
Masyakarat Tradisional
Masyarakat
yang fungsi produksinya terbatas yang ditandai oleh cara produksi yang relatif
masih primitif (yang didasarkan pada ilmu dan teknologi pra-Newton) dan cara
hidup masyarakat yang masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang
rasional, tetapi kebiasaan tersebut telah turun temurun. Tingkat produktivitas
per pekerja masih rendah, oleh karena itu sebagian besar sumberdaya masyarakat
digunakan untuk kegiatan sektor pertanian. Dalam sektor pertanian ini, struktur
sosialnya bersifat hirarkhis yaitu mobilitas vertikal anggota masyarakat dalam
struktur sosial kemungkinannya sangat kecil. Maksudnya adalah bahwa kedudukan
seseorang dalam masyarakat tidak akan berbeda dengan nenek moyangnya.
Sementara
itu kegiatan politik dan pemerintah pada masa ini digambarkan Rostow dengan
adanya kenyataan bahwa walaupun kadang-kadang terdapat sentralisasi dalam
pemerintahan, tetapi pusat kekuasaan politik di daerah-daerah berada di tangan
para tuan tanah yang ada di daerah tersebut. Kebijaksanaan pemerintah pusat
selalu dipengaruhi oleh pandangan para tuan tanah di daerah tersebut.
2) Tahap
Prasyarat Tinggal Landas
Tahap prasyarat
tinggal landas ini didefinisikan Rostow sebagai suatu masa transisi di mana
masyarakat mempersiapkan dirinya untuk mencapai pertumbuhan atas kekuatan
sendiri (selfsustained growth). Menurut Rostow, pada tahap ini dan sesudahnya
pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara otomatis.
Tahap
prasyarat tinggal landas ini mempunyai 2 corak.
- Pertama
adalah tahap prasyarat lepas landas yang dialami oleh negara-negara Eropa,
Asia, Timur Tengah, dan Afrika, di mana tahap ini dicapai dengan
perombakan masyarakat tradisional yang sudah lama ada.
- Kedua
adalah tahap prasyarat tinggal landas yang dicapai oleh negara-negara yang
born free (menurut Rostow) seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia,
Selandia Baru, di mana negara¬negara tersebut mencapai tahap tinggal landas
tanpa harus merombak sistem masyarakat yang tradisional. Hal ini
disebabkan oleh sifat dari masyarakat negara-negara tersebut yang terdiri
dari imigran yang telah mempunyai sifat-sifat yang dibutuhkan oleh suatu
masyarakat untuk tahap prasyarat tinggal landas.
Seperti
telah diungkapkan di muka, Rostow sangat menekankan perlunya
perubahan-perubahan yang multidimensional, karena ia talk yakin akan kebenaran
pandangan yang menyatakan bahwa pembangunan akan dapat dengan mudah diciptakan
hanya jika jumlah tabungan ditingkatkan. Menurut pendapat tersebut tingkat
tabungan yang tinggi akan mengakibatkan tiangkat investasi tinggi pula sehingga
mempercepat pertumbuhan ekonomi yang dicerminkan oleh kenaikan pendapatan
nasional. Namun menurut Rostow pertumbuhan ekonomi hanya akan tercapai jika
diikuti oleh perubahan-perubahan lain dalam masyarakat. Perubahan-perubahan
itulah yang akan memungkinkan terjadinya kenaikan tabungan can penggunaan
tabungan itu sebaik-baiknya.
Perubahan-perubahan
yang dimaksudkan Rostow misalnya kemampuan masyarakat untuk menggunakan ilmu
pengetahuan moderen dan membuat penemuan-penemuan baru yang bisa menurunkan
biaya produksi. Disamping itu harus ada pula orang-orang yang menggunakan
penemuan baru tersebut untuk memodernisir cara produksi dan harus didukung pula
dengan adanya kelompok masyarakat yang menciptakan tabungan dan meminjamkannya
kepada wiraswasta (entrepreneurs) yang inovatif untuk meningkatkan produksi dan
menaikkan produktivitas. Singkatnya, kenaikan investasi yang akan menciptakan
pembangunan ekonomi yang lebih cepat dari sebelumnya bukan semata-mata
tergantung kepada kenaikan tingkat tabungan, tetapi juga kepada perubahan
radikal dalam sikap masyarakat terhadap ilmu pengetahuan, perubahan teknik
produksi, pengambilan resiko, dan sebagainya.
Selain
hal-hal di atas, Rostow menekankan pula bahwa kenaikan tingkat investasi hanya
mungkin tercipta jika terjadi perubahan dalam struktur ekonomi. Kemajuan di
sektor pertanian, pertambangan, dan prasarana harus terjadi bersama-sama dengan
proses peningkatan investasi. Pembangunan ekonomi hanya dimungkinkan oleh
adanya kenaikan produktivitas di sektor pertanian dan perkembangan di sektor
pertambangan.
Menurut
Rostow, kemajuan sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam masa
peralihan sebelum mencapai tahap tinggal landas. Sementara itu pembangunan
prasarana, menurut Rostow, bisa menghabiskan sebagian besar dari dana
investasi. Investasi di bidang prasarana ini mempunyai 3 ciri yaitu tenggang
waktu antara pembangunannya dan pemetikan hasilnya (gestation period) sangat
lama, pembangun¬annya harus dilakukan secara besar-besaran sehingga memerlukan
biaya yang banyak, dan manfaat pembangunannya dirasakan oleh masyarakat banyak.
Berdasarkan sifatnya ini, maka pembangunan prasarana terutama sekali harus
dilakukan pemerintah.
Selain
hal-hal yang diungkapkan di atas, Rostow juga menunjukkan bentuk perubahan
dalam kepemimpinan pemerintahan dari masyarakat yang mengalami transisi. Untuk
menjamin terciptanya pembangunan yang teratur, suatu kepemimpinan baru haruslah
mempunyai sifat nasionalisme yang reaktif (reactive nationalism) yaitu bereaksi
secara positif atas tekanan¬tekanan dari negara maju. Rostow yakin bahwa tanpa
adanya tekanan atau hinaan dari negara¬negara maju, modernisasi yang terjad Tahap
Tinggal Landas
3) Tahap
tinggal landas
pertumbuhan
ekonomi selalu terjadi. Pada awal tahap ini terjadi perubahan yang drastis
dalam masyarakat seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat
dalam inovasi, atau berupa terbukanya pasar-pasar baru. Sebagai akibat dari
perubahan¬perubahan tersebut secara teratur akan tercipta inovasi-inovasi dan
peningkatan investasi. Investasi yang semakin tinggi ini akan mempercepat laju
pertumbuhan pendapatan nasional dan melebihi tingkat pertumbuhan penduduk. Dengan
demikian tingkat pendapatan per kapita semakin besar.
Menurut
taksiran Rostow, masa tinggal landas di beberapa negara adalah seperti tampak
pada Tabel di bawah ini.
|
Inggris
|
1783 –
1802
|
Industri
tekstil
|
|
Perancis
|
1830 –
1860
|
Jaringan
jalan kereta api
|
|
Belgia
|
1833 –
1860
|
-
|
|
Amerika
Serikat
|
1843 –
1860
|
Jaringan
jalan kereta api
|
|
Jerman
|
1850 –
1873
|
Jaringan
jalan kereta api
|
|
Swedia
|
1868-
1890
|
Industri
kayu
|
|
Jepang
|
1878 –
1900
|
Industri
sutera
|
|
Rusia
|
1890 –
1914
|
Jaringan
jalan kereta api
|
|
Kanada
|
1896 –
1914
|
Jaringan
jalan kereta api
|
|
Argentina
|
1935
|
Industri
substitusi impor
|
|
Turki
|
1937
|
-
|
|
India
|
1952
|
-
|
|
Cina
Komunis
|
1952
|
-
|
Dari Tabel
di atas bisa disimpulkan bahwa:
- sebagian
besar negara Barat mencapai masa tinggal landas pada abad yang lalu,
kecuali Inggris, yang sudah mencapainya seabad sebelumnya.
- masa
tinggal landas itu berkisar antara 20 – 30 tahun.
Rostow
mengemukakan 3 ciri utama dan negara-negara yang sudah mencapai masa tinggal
landas yaitu:
- Terjadinya
kenaikan investasi produktif dari 5 persen atau kurang menjadi 10 persen
dari Produk Nasional Bersih (Net National Product= NNP).
- Terjadinya
perkembangan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat pertumbuhan
yang sangat tinggi (leading sectors).
- Terciptanya
suatu kerangka dasar politik, sosial, dan kelembagaan yang bisa
menciptakan perkembangan sektor modern dan eksternalitas ekonomi yang bisa
menyebabkan pertumbuhan ekonomi terus terjadi.
Di sini juga
termasuk kemampuan negara tersebut untuk mengerahkan sumber-sumber modal dalam
negeri, karena kenaikan tabungan dalam negeri peranannya besar sekali dalam
menciptakan tahap lepas landas. Inggris dan Jepang, misalnya mencapai masa
tinggal landas tanpa mengimpor modal (bantuan luar negeri) sama sekali.
Menurut
Rostow perkembangan sektor pemimpin (leading sector) berbeda¬beda untuk
setiap negara. Di Inggris, tekstil katun merupakan sektor pemimpin pada masa
tinggal landasnya, sedangkan perkembangan jaringan jalan kereta api memegang
peranan yang sama di Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Kanada, dan Rusia. Di
Swedia, sektor pemimpin adalah industri kayu, di Jepang sutera, dan Argentina
adalah industri substitusi impor barang-barang konsumsi.
Berdasarkan
pada kenyataan tersebut, Rostow mengambil kesimpulan bahwa untuk mencapai tahap
tinggal landas tidak satu sektor ekonomipun yang baku untuk semua negara yang
bisa menciptakan pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, suatu negara tertentu
tidak bisa hanya sekadar mencontoh pola perkembangan sektor pemimpin
negara-negara lain. Namun demikian, ada 4 faktor penting yang harus
diperhatikan dalam menciptakan sektor pemimpin yaitu:
- Harus
ada kemungkinan untuk perluasan pasar bagi barang-barang yang diproduksi
yang mempunyai kemungkinan untuk berkembang dengan cepat.
- Dalam
sektor tersebut harus dikembangkan teknik produksi yang modern dan
kapasitas produksi harus bisa diperluas.
- Harus
tercipta tabungan dalam masyarakat dan para pengusaha harus menanamkan
kembali keuntungannya untuk membiayai pembangunan sektor pemimpin.
- Pembangunan
dan transformasi teknologi sektor pemimpin haruslah bisa menciptakan
kebutuhan akan adanya perluasan kapasitas dan modernisasi sektor-sektor
lain.
4) Tahap
Menuju Kekedewasaan
Tahap menuju
kedewasaan ini diartikan Rostow sebagai masa di mana masyarakat sudah secara
efektif menggunakan teknologi moderen pada hampir semua kegiatan produksi. Pada
tahap ini sektor-sektor pemimpin baru akan muncul menggantikan sektor-sektor
pemimpin lama yang akan mengalami kemunduran. Sektor-sektor pemimpin baru ini
coraknya ditentukan oleh perkem¬bangan teknologi, kekayaan alam, sifat-sifat
dari tahap lepas landas yang terjadi, dan juga oleh kebijaksanaan pemerintah.
Dalam
menganalisis karakteristik tahap menuju ke kedewasaan, Rostow menekankan
analisisnya kepada corak perubahan sektor-sektor pemimpin di beberapa negara
yang sekarang sudah maju. la juga menunjukkan bahwa di tiap-tiap negara
tersebut jenis-jenis sektor pemimpin pada tahap sesudah tinggal landas adalah
berbeda dengan yang ada pada tahap tinggal landas. Di Inggris, misalnya,
industri tekstil yang telah mempelopori pembangunan pada tahap tinggal landas
telah digantikan oleh industri besi, batu bara dan peralatan teknik berat.
Sedangkan di Amerika Serikat, Perancis, dan Jerman di mana
pembangunanjaringanjalan kereta api memegang peranan penting pada tahap tinggal
landas, telah digantikan oleh industri baja dan industri peralatan berat pada
tahap menuju ke kedewasaan.
Selanjutnya
Rostow mengemukakan pula karakteristik non-ekonomis dari masyarakat yang teiah
mencapai tahap menuju ke kedewasaan sebagai berikut:
- Struktur
dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan. Peranan sektor industri
semakin penting, sedangkan sektor pertanian menurun.
- Sifat
kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan. Peranan manajer
professional semakin penting dan menggantikan kedudukan pengusaha-pemilik.
- Kritik-kritik
terhadap industrialisasi mulai muncul sebagai akibat dari ketidakpuasan
terhadap dampak industrialisasi.
5) Tahap
Konsumsi Tinggi
Tahap
konsumsi tinggi ini merupakan tahap terakhir dari teori pembangunan ekonomi Rostow.
Pada tahap ini perhatian masyarakat telah lebih menekankan pada masalah-masalah
yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat bukan lagi kepada
masalah produksi.
Pada tahap
ini ada 3 macam tujuan masyarakat (negara) yaitu:
- Memperbesar
kekuasaan dan pengaruh ke luar negeri dan kecenderungan ini bisa berakhir
pada penjajahan terhadap bangsa lain.
- Menciptakan
negara kesejahteraan (welfare state) dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian
pendapatan yang lebih merata melalui sistem pajak yang progresif.
- Meningkatkan
konsumsi masyarakat melebihi kebutuhan pokok (sandang, pangan, dan papan)
menjadi meliputi pula barang-barang konsumsi tahan lama dan barang-barang
mewah.
Beberapa Kritik
terhadap Teori Rostow
Beberapa
kritik yang muncul terhadap teori Rostow ini antara lain berkaitan dengan
adanya tumpang tindih tahapan, periode jangka waktu tahap tinggal landas yang
meragukan, adanya masyarakat yang tidak melalui tahap tradisional.
- Teori
Rostow dianggap terlalu sederhana;
- Rostow
menyebut tentang tabungan dan investasi namun tidak mengklarifikasi
mengenai perlunya infrastruktur keuangan untuk menyalurkan tabungan yang
ada ke dalam investasi;
- Bahwa
investasi yang dimaksud Rostow belum tentu akan menghasilkan pertumbuhan
ekonomi;
- Rostow
tidak memasukkan unsur-unsur lain sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.
Perlunya infrastruktur lainnya seperti sumber daya manusia (pendidikan),
jalan-jalan, jalur kereta api, jaringan-jaringan komunikasi;
- Teori
Rostow tidak menjelaskan bahwa efisiensi dari penggunaan investasi apakah
ditujukan untuk aktivitas-aktivitas produksi ataukah untuk penggunaan
lainnya;
- Bahwa
pernyataan Rostow mengenai ekonomi negara-negara di dunia akan saling
mempelajari satu sama lain dan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk
pembangunan pada kenyataannya belum pernah terjadi.
- Argumentasi
Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan.
- Rostow
berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa akan juga
terjadi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
- Bahwa
sejarah pada kenyataannya tidak akan berulang dengan cara yang sama.
Dengan kata lain, bahwa setiap pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia
tidak selalu sama, tetapi justru punya karakteristik masing-masing.